Batang Mahat Terkoyak: Tambang Bersuara Bising, Warga Menjerit — Izin Misterius Dipertanyakan

Pangkalan, Limapuluh Kota, Presindo.com.— Deru mesin truk dan gemuruh alat berat kini menjadi pemandangan sehari-hari di tepian Batang Mahat,(Maek), Jorong Koto Panjang, Nagari Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
Namun di balik spanduk besar bertuliskan “Telah Mengantongi SIPB Nomor: 540/198/BP/DESDM/II-2025”, milik PT. Sinar Riau Sinergi, tersimpan kisah getir: rakyat menjerit, sungai tercemar, dan izin tambang penuh tanda tanya.

Surat Keberatan Warga: “Kami Tak Pernah Dilibatkan!”
Gelombang protes muncul dari warga setempat. Melalui Surat Pernyataan Keberatan yang ditandatangani Rional Yose (Ketua Pemuda), sementara yang belum menandatangani Afrizal Ice (Wali Jorong), serta diketahui Niniak Mamak, masyarakat menegaskan penolakan keras terhadap aktivitas tambang galian C yang mereka nilai meresahkan dan merusak lingkungan.

Selasa 28/10/2025.
“Kami keberatan dengan adanya pembukaan tambang ini. Sungai rusak, air keruh, ikan mati. Kami tidak pernah diajak bicara!” tulis warga dalam surat tertanggal 25 Oktober 2025 itu.

Warga menilai, pembukaan tambang tersebut telah mencemari sungai dan mengancam ekosistem yang selama ini menjadi sumber kehidupan. Mereka mendesak agar aktivitas tambang segera dihentikan sebelum bencana ekologis terjadi.

Izin yang Misterius, Sosialisasi yang Tak Pernah Ada,
Yang paling mengusik publik adalah soal izin tambang yang diklaim sah oleh pihak perusahaan.
Namun, warga justru mengaku tidak pernah mendapat sosialisasi atau pemberitahuan dari pihak manapun, baik dari perusahaan maupun pemerintah.

  “Kami baru tahu ada izin setelah alat berat masuk dan spanduk dipasang yang masih di ragukan keabsahan nya. Jadi ini tambang untuk siapa? Untuk rakyat atau untuk menghancurkan tanah rakyat?” ujar salah seorang warga dengan nada getir.

Pertanyaan itu kini menggantung di udara — mengapa izin bisa keluar tanpa keterlibatan masyarakat terdampak langsung?
Apakah ini kelalaian pemerintah, atau ada permainan di balik meja?

Sungai Tercemar, Alam Mulai Menjerit,
Pantauan di lapangan menunjukkan tanda-tanda kerusakan nyata.
Air Batang Mahat( maek) yang dulu jernih kini berubah keruh dan berbau lumpur. Tebing sungai mulai tergerus, dan tanah di sekitar lokasi tambang tampak labil serta rawan longsor.

  “Dulu kami mandi dan mencuci di sungai ini. Sekarang airnya coklat dan berbau,” ungkap nya lagi.

Kerusakan ekologis ini bukan sekadar kekhawatiran. Ini adalah peringatan keras dari alam — bahwa Batang Mahat sedang berteriak minta diselamatkan.

Pemerintah dan Dinas ESDM Didesak Buka Suara,
Kemarahan warga kini mengarah pada Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota dan Dinas ESDM Sumatera Barat.
Publik menuntut transparansi penuh atas proses penerbitan izin dan pengawasan tambang yang kini disorot tajam.

  “Kalau sungai rusak dan longsor terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab? Jangan baru sibuk setelah bencana datang!” ujar seorang pemuka masyarakat dengan nada tajam.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak pemerintah maupun ESDM Sumbar terkait aktivitas tambang di Batang Mahat.( Maek)
Sikap diam ini justru memicu kecurigaan publik bahwa ada sesuatu yang tidak beres di balik terbitnya izin tersebut.

  “Izin nya masih di pertanyakan keabsahan nya,  warga menangis dan alam rusak,
Maka itu bukan pembangunan — melainkan kejahatan lingkungan.

(TIM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *