Payakumbuh —Presindo.com — Komisi C DPRD Kota Payakumbuh melaksanakan dengar pendapat atau hearing dengan Dewan Pendidikan dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Payakumbuh di ruang rapat komisi C, Senin (31/01).
Rapat dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi C Mesrawati, Sekretaris Syafrizal, serta anggota, Fahlevi Mazni Dt. Bandaro Nan Balidah, Ismet Harius dan Suparman, sementara itu rombongan PGRI hadir Ketua Syafwan bersama guru se Kota Payakumbuh.
Mesrawati dalam sambutannya menyampaikan Komisi C yang mitra kerjanya adalah dinas pendidikan ingin mendengar aspirasi dari tenaga pendidik di Kota Payakumbuh, apa saja keluhan mereka, termasuk kekurangan yang masih ada di sekolah.
“Saya sendiri adalah mantan kepala sekolah, saya sudah berkecimpung di dunia pendidikan, sedikit banyaknya sudah mengetahui permasalahan tenaga pendidik, tetapi kali ini bersama kawan-kawan DPRD Komisi C kami ingin langsung bertatap muka dengan guru dari berbagai sekolah,” kata politikus PAN itu.
Mengawali saran dan masukannya, Ketua PGRI Syafwan menyampaikan kepada wakil rakyat agar memperhatikan sarana dan prasarana sekolah yang berada di pinggiran kota, jangan fokus kepada sekolah yang berada di dekat pusat kota saja.
Kemudian, terkait dengan kesejahteraan penjaga sekolah agar honor mereka bisa ditingkatkan serta perhatikan juga guru di sekolah swasta yang sudah top dan memiliki high budget, namun kesejahteraannya masih terasa kurang.
Guru-guru dari sekolah SD juga memberi masukan agar dibuatkan peraturan daerah terkait menghidupkan kembali pelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM).
Dari guru SMA/SMK juga ada masukan meski SLTA dan SLB sudah berada di bawah kewenangan provinsi, mereka berharap Pemko Payakumbuh masih bisa melibatkan sekolah mereka dalam kegiatan.
“Saat ini di tingkat kota pun jarang digelar iven tingkat pelajar, ini harus ditingkatkan,” kata salahsatu guru.
Lalu, Kota Payakumbuh sudah terkenal dengan sebutan Kota Seribu Kafe. Ada keluhan guru yang meminta perlunya dibuat aturan batas jam keluar malam bagi anak usia sekolah di kafe-kafe, kalau perlu dilakukan razia secara rutin untuk pengawasan dan kontrol terhadap anak usia sekolah.
Pahlawan tanpa tanda jasa ini kebanyakan juga mengeluhkan kepada DPRD kecilnya tunjangan kepala sekolah, guru, dan penjaga sekolah.
Terkait keamanan siswa, guru juga meminta petugas pengamanan lalu lintas di setiap sekolah untuk pengamanan di pagi hari dan jam pulang sekolah agar tidak terjadi kecelakaan. Sementara itu, guru juga meminta Satpol PP rutin menertibkan siswa yang keluar sekolah di jam pelajaran.
Juga masih masukan yang sama saat rapat dengan Dinas Pendidikan tahun lalu, guru-guru meminta DPRD agar mendorong Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) serentak untuk semua sekolah, baik itu negeri, swasta, dan sekolah yang berada di bawah kewenangan kementerian agama, artinya tidak ada yang dahulu mendahului dalam proses rekrutmen siswa baru.
Anggota Komisi C Ismet harius mengatakan DPRD telah mencatat semua masukan dari guru yang hadir dalam rapat, anggota DPRD dari Partai Nasdem itu terenyuh mendapati ternyata masih banyak keluhan dari pendidik di kota ini.
“Kami nanti akan membahasnya dan mencarikan solusi secepatnya dalam rapat kerja bersama instansi terkait,” kata Ismet.
Di akhir rapat, Mesrawati kepada media mengaku cukup sedih, miris dengan nasib beberapa tenaga pendidik di Kota Payakumbuh. Bahkan, kata Mesrawati, ada guru TK yang menjemput penghargaan tanpa dibiayai pemerintah, malah harus pergi dengan ongkos sendiri, sementara dia telah mengharumkan nama kota ini.
“Yang jelas saran, masukan, dan aspiradi dari tenaga pendidik hari ini adalah hal yang positif kepada kami di DPRD. Apalagi kami melihat keluhan terkait kesejahteraan masih mengapung, DPRD akan mengawal ini,” pungkasnya. (rls/intan)