Pupuk Organik SAGO Diburu Petani Limapuluh Kota, Apa Kelebihannya?

Limapuluh Kota, Presindo -Terus berkurang dan kian mahalnya harga pupuk kimia hingga saat ini masih menjadi kendala bagi petani di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat khususnya di Luak 50, untuk itu petani terus didorong untuk memanfaatkan pupuk organik sebagai alternatif, apalagi jatah Pupuk Subsidi terus berkurang.

Pupuk organik saat ini mudah didapat, selain bisa diproduksi sendiri juga bisa dibeli kepada kelompok tani yang memproduksi untuk kebutuhan kelompok maupun untuk dijual. Dalam skala besar, Pupuk organik juga bisa dibeli ke pabrik-pabrik pengolah/pembuat yang tumbuh saat ini. Apalagi untuk kualitas pupuk organik yang dihasilkan tidak kalah dengan pupuk buatan pabrik atau pupuk kimia.

Salah satu pupuk organik yang saat ini banyak dibeli masyarakat atau petani sebagai alternatif akibat mahalnya pupuk kimia adalah Pupuk organik SAGO yang di produksi di Nagari Tanjung Gadang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar saat ini produksi pupuk jenis serbuk dan granul (bulat) mencapai puluhan ton perhari. Selain untuk memenuhi permintaan di Sumatera Barat permintaan pupuk yang diproduksi oleh Napoleon dt. Sianso itu juga untuk memenuhi permintaan di Provinsi Riau, Aceh dan Sumatera Utara.

” Iya, untuk produksi pupuk organik kita perharinya bisa mencapai 10-20 ton, bahkan kita pernah kewalahan karena tingginya permintaan untuk dikirim ke Provinsi luar. Kondisi ini terjadi karena kuota pupuk subsidi terus berkurang sementara harga non subsidi cukup tinggi, sehingg banyak petani atau pengusaha beralih ke pupok organik yang kita produksi,” sebut Napoleon dt. Sianso, pemilik usaha pupuk SAGO.

Ia juga menyebutkan, pupuk organik yang ia produksi berbahan dasar kotoran ayam dan sapi yang cukup dengan asam amino, asam umat serta dolomit untuk menstabilkan pH tanah dan unsur lainnya.

” Bahan baku pupuk organik kita berasal dari kotoran ayam dan sapi yang yang cukup dengan asam amino, asam umat serta dolomit untuk menstabilkan pH tanah dan unsur lainnya. Pupuk yang kita produksi, humusnya kita sesuaikan dengan tanah didaerah pembeli. Misalnya untuk tanah di Alahan Panjang berbeda dengan Tanah di Dharmasraya.” Tambahnya.

Dengan berkurangnya jatah/kuota pupuk subsidi dan mahalnya harga pupuk non subsidi, Napoleon terus mengajak masyarakat terutama petani di daerahnya untuk beralih menggunakan pupuk organik secara perlahan, sebab penggunaan pupuk kimia mengakibatkan tanah menjadi rusak.

” Kita dorong/ajak petani atau pengusaha perkebunan secara berangsur kurangi dan pangkas pakai pupuk kimia, agar tidak keluarkan biaya besar dan kurangi kerusakan tanah.” Tutup nya.

Sementara Anton, Pemerhati Pertanian Asal Solo menyebutkan bahwa tingkat keasaman tanah di Sumatera Barat tinggi, jika hanya mengandalkan pupuk kimia, lama-kelamaan produksi atau produktivitas akan turun akibat tanah yang kurang sehat.

Untuk itu perlu unsur organik tinggi yang stabilkan pH, perbaiki struktur tanah, biologi kimianya tanah supaya produktivitas tanaman terjaga.

” Tingkat keasaman tanah di Sumatera Barat tinggi, jika hanya mengandalkan pupuk kimia, lama-kelamaan produksi atau produktivitas akan turun akibat tanah yang kurang sehat. Untuk itu perlu unsur organik tinggi yang stabilkan pH, perbaiki struktur tanah, biologi kimianya tanah supaya produktivitas tanaman terjaga.” Ucapnya saat memantau proses produksi pupuk di pabrik milik Napoleon.

Ia juga menambahkan, harusnya petani sudah sadari untuk gunakan pupuk organik, apalagi pupuk kimia tinggi harga, dan stok kurang, sebab pupuk kimia sebagain besar berharap dari impor dan diolah lagi di Indonesia. (Ady Parker)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *