Bukittinggi, Presindo — Ketua DPRD Sumbar Supardi membuka secara resmi Bimtek Digitalisasi Pendidikan bagi Guru SMA sekota Payakumbuh, angkatan III dan IV, tahap IV, di Rocky Hotel Bukittinggi, Jumat (28/7).
Bimtek angkatan III dan IV diikuti 100 peserta. Dua angkatan sebelumnya, juga diikuti 100 peserta. Bimtek berlangsung selama empat hari untuk setiap angkatan. Peserta mendapatkan materi berupa Praktek Tools Digital Pembelajaran Per Bidang Studi, Psikologi Pelajar Era Digital, Pengantar Pembuatan E-Modul Pembelajaran Interaktif, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Pengelolaan Pembelajaran Sosial, Menjadi Guru Kreatif, Inovatif dan Inspiratif, Pengayaan Metode Pembelajaran Berbasis Student Center Learning Dan Gaming, Pengantar Asesmen Pembelajaran Sosial, Pengantar Asesmen Pembelajaran Sosial Sesi Presentasi, Kesimpulan dan Review Materi Keseluruhan.
Menurut Supardi, Bimtek diharapkan akan mampu menjawab sebagian masalah yang dihadapi guru dan dunia pendidikan hari ini. Tim fasilitator sudah mempersiapkan materi sedemikian rupa, termasuk kapasitas narasumber.
Supardi menyebutkan, pada Kurikulum Merdeka terjadi perubahan sudut pandangan terhadap keberadaan guru. Guru tak lagi sumber menjadi ilmu, tetapi hanya sebagai fasilitator. Anak-anak hari ini lebih banyak memiliki sumber ilmu yang didapatkan mereka di luar. “Mereka banyak mendapatkan melalui online, sementara kita Gaptek dengan teknologi,” kata Supardi.
Hari ini, katanya, kita harus mengakui kehebatan dunia luar. Anak-anak hari ini, para generasi Z, atau Gen Z, adalah generasi yang menguasai teknologi. Malahan ada pameo dikalangan generasi ini, jika tak menguasai teknologi, bukanlah generasi Z.
Akibatnya, tak jarang mereka juga cenderung memposisikan guru justru menjadi penghalang kreativitas mereka. Salah satunya karena guru tak mampu mengikuti perkembangan mereka.
Di sisi lain, keterbatasan insfrastruktur di sekolah cenderung membuat banyak guru menyerah pada keadaan. Ketika mereka tidak mampu mengikuti perkembangan siswanya, mereka justru menjadikan keterbatasan itu sebagai kambing hitam. Padahal, sampai kapan pun, akan sulit untuk menyiapkan semua kebutuhan secara sempurna.
“Orang cerdas adalah orang yang bisa keluar dari kesulitan. Jika menyerah pada keadaan, maka pendidikan tidak akan tercapai. Negara memang belum bisa mensejahterakan semua guru, tetapi kita tetap punya tanggungjawab penuh,” katanya.
Di sisi lain, kalau mencari anak pintar, banyak. Sumbar tak hanya butuh yang pintar, tapi butuh anak cerdas, guru yang cerdas. Orang-orang cerdas dilahirkan dari kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Guru yang tak pesimis. Kalau kita gagal, maka kita gagal menjadikan siswa yang cerdas. Harus dengan solusi dan sikap yang nyata.
Supardi juga mengingatkan, selama ini, setiap masalah yang dilakukan seorang anak, langsung masuk ke BK. Apakah tidak terpikir oleh kita, guru BK juga sedang punya masalah? Harusnya sebagai guru, perlu menguasai teknik-teknik dasar psikologi. Upaya memahaminya, bisa dibaca dengan insting. Bagaimana mungkin kita memasuki rasa, kalau tidak memahami karakter dan kultur anak.
Selain itu, katanya, kita juga sering merasa anak sok tahu saja. Padahal mereka memiliki kesiapan di bidang yang akan dijalaninya tersebut. Kita sering membatasi ruang geraknya dan harus mengikuti apa kata kita, sementara sesungguhnya mereka sudah punya pilihan atau langkah yang cocok untuk mereka.
Agus Hilaluddin, fasilitator pendidikan dan instruktur pada Bimtek tersebut mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan materi sedemikian rupa. Target dari materi yang dipersiapkan akan dapat meningkatan SDM guru dimasa datang.
Mayang Evidianti, Guru Ekonomi SMAN 4 Payakumbuh yang sudah mengikuti tahapan sebelumnya, mengaku merasakan peningkatan ilmu yang diperolehnya. Katanya, SDM bisa lebih baik. Mengenal dan memahami aplikasi baru dan sangat berguna bagi guru.
Ia berharap, selain Bimtek ini bisa terus berlanjut ke tahapan berikutnya, juga diharapkannya bisa dilaksanakan juga di daerah lain karena persoalan yang dihadapi tak jauh berbeda. (Ady / rls)